Thursday, April 1, 2010

Mau Yang Lembut Atau Yang Keras?

Tampaknya hari ini hari yang sangat melelahkan, kenapa begitu? Ya karena hari ini diawali dengan suatu hal yang menurut saya kurang enak di hati. Awal hari yang membuat jantung berdegup kencang. Bukan… bukan berdegup karena kehadirannya. Tapi berdegup kencang karena komentar-komentar yang sejak sehari sebelumnya saya sudah sangka akan datang.

Gila memang. Atau tidak gila. Hanya perasaan saya saja. Yang pasti tadi ketika saya baru memasuki ruangan kantor, sang bos sudah memanggil. Lalu kemudian masuk lah saya ke ruangan bos besar. Apa yang saya sangka akan terjadi, benar terjadi.

Mungkin ada baiknya bila saya menceritakan kejadian semalam sebelum acara gegap gempita di pagi hari datang. Malam sebelumnya, saya dan seorang rekan, kerja lembur hingga malam menuju pagi. Di malam itu saya sendiri mengaku kehilangan arah kepada rekan saya itu. Setelah dia mendengar pengakuan saya, dia hentikan sejenak pekerjaannya untuk mengganti status di situs pertemanan.

Dari situ saya sudah sulit sekali untuk berpikir. Kalau boleh saya mencari alasan layaknya judul lagu band Malaysia “Mencari Alasan”, maka alasan yang saya utarakan adalah pikiran saya sudah tersita semenjak datang sebuah pekerjaan yang tiba-tiba. Karena itu pulalah pekerjaan yang mestinya bisa saya diskusikan dulu dengan bos saya jadi tidak dapat terlaksana.

Saya, di malam itu, hanya bisa diam dan memikirkan sedikit demi sedikit kata. Keluar sih keluar itu kata-kata, tapi ya saya sendiri merasa kurang yakin dengan kata-kata yang saya lontarkan. Saya pun sudah pasrah, akan apa yang dapat terjadi besok.

Nah di keesokan harinya ini, seperti yang saya tadi tuliskan. Kritikan yang sudah saya kira benar terlempar ke muka saya. Malah bukan ke muka saya saja, juga ke muka bos saya. Malu beribu malu. Perasaan itu pun lalu campur aduk dengan perasaan rendah diri dan tidak percaya terhadap diri sendiri.

“Gila! Mo jadi apa nih gua? Kaya gini aja kok susah?”

Wah pokoknya itu yang namanya jantung bergetar seperti seseorang yang sedang lari marathon 18 KM. Sadis ya? Tapi tidak apa-apa. Itulah hidup.

Kadang saya suka tidak bisa terima dengan hal itu. Kadang pula saya sangat bersyukur saya mendapatkan hal-hal semacam itu. Karena dengan begitu saya bisa belajar. Diingatkan secara keras agar itu kejadian menempel di kepala.

“Wah lo jangan melarikan diri dari kenyataan gitu dong! Kalo lo lari kaya gitu, kapan lo bisa belajarnya. Anggep aja ini kaya pembelajaran.” Ucap seorang kawan kepada rekan kerja saya yang lain.

Ucapan dia itu memang benar adanya. Tidak semua orang bisa mengajari orang dengan sabar. Bukan sabar juga kali ya. Hmmm…pokoknya tidak semua orang bisa dengan santai, sabar, mengayomi, santun dalam memberikan pelajaran. Ya seperti guru-guru di sekolah saja. Ada yang galak, ada yang penyabar, ada yang tidak bisa mengajar, ada cuek banget, dan segala macemnya.

Teknik pengajaran yang lumayan membuat hati atau jantung berdebar-debar, malah sudah saya temui semenjak saya duduk di bangku Sekolah Dasar. Pada saat itu ada beberapa guru yang saya nilai cukup galak. Kegalakan guru itu juga masih wajar, menurut saya. Pasalnya, itu guru jadi marah karena ada hal yang membuat marah.

“Jeduk!” kalau tidak salah kepala teman saya dijedotin ke tembok. Setelah ditarik jambang kanannya teman saya. Kenapa dia mendapat perlakuan seperti itu? Mungkin ada yang bisa menebak? Silahkan saja…

Saya coba kasih petunjuk. Saya dan teman saya sedang duduk di bangku SD. Kejadian itu terjadi di dalam kelas. Terus selang beberapa lama kemudian teman saya itu dibawa ke ruang kepala sekolah.

“Klepak!” bunyi tamparan, sebagai bentuk hadiah dari Kepala Sekolah.

Sudah ada yang bisa menebak? Mungkin tidak, karena saya sendiri tidak memberitahukan petunjuk yang jelas.

Langsung saja. Teman saya itu membawa majalah asoy, Penthouse, ke sekolah. Mungkin pada awalnya dia ingin memamerkan barang syur, yang saya tidak sempat lihat waktu itu, ke teman-teman saya. Tapi karena dia terlalu antusias, guru pun menjadi objek yang dia harus pamerkan. Ya sudah, akhirnya diberikan pelajaranlah kawan saya itu.

Intinya sih pengajaran yang baik itu bisa dilakukan dengan banyak cara kali ya. Bisa keras, bisa juga lembut. Sekarang mana yang jadi pilihan saya?

No comments: