Wednesday, January 3, 2007

Limaempattigaduasatu…

Bila ada seseorang yang menanyakan kepada saya tentang hari apa yang orang lain secara umum merayakan sementara saya tidak. Maka saya akan dengan lantang dan penuh kepastian menjawab perayaan tahun baru. Tidak ada perayaan khusus untuk menyambut pergantian tahun. Kalaupun ada, saya hanya memanfaatkan untuk momen kebersamaan dengan teman-teman saya yang merayakan. Tidak ada yang menarik dan spesial di hati saya saat jam menunjukkan 24.00 atau 00.00 semua berjalan sangat-sangat biasa.

Sebenarnya pada awal-awal saya juga memperingati datang tahun baru. Saat itu di pikiran saya bila tahun baru tidak dirayakan maka akan menjadikan saya sebagai orang paling aneh yang pernah ada di muka bumi.

Saya teringat ketika saya kecil, waktu itu ayah saya sering mengajak jalan menjelang pergantian tahun. Masih ada dalam ingatan saya, kami sekeluarga terjebak macet di jalan Gunung Sahari. Tujuan utama kami adalah daerah Ancol. Kami semua berniat untuk melihat pertunjukan kembang api. Sebagai anak kecil tentu saja saya senang dan ayah saya juga pasti akan senang melihat anaknya senang. Akhirnya berjalan lah kami menuju Ancol. Hasilnya, kami semua berhenti di tengah kemacetan dan menikmati kembang api Ancol di tengah jalan Gunung Sahari, setelah itu saya tidak ingat apa-apa lagi, mungkin karena setelah itu saya tertidur atau setelah itu tidak ada yang menarik untuk diingat saya juga tidak tahu.

Tidak lupa disetiap pergantian tahun ayah saya selalu membelikan dua terompet satu untuk saya dan satu lagi untuk kakak saya berhubung adik saya belum lahir atau dia masih sangat kecil. Terompet itu pun kami bunyikan di dalam mobil hingga saya, kakak saya, ibu saya dan ayah saya pun budek. Lalu di kemudian harinya kami memainkan terompet itu kembali…. di rumah.

Lalu sebagai anak kecil hal yang bisa dilakukan pada saat malam tahun baru adalah kuat-kuatan tidak tidur seharian atau begadang. Pada saat itu begadang adalah sesuatu yang sangat luar biasa bagi saya. Bila pada hari-hari saya dipaksa dan dengan senang hati tidur jam 21.00 maka, pada malam tahun baru tidak ada yang memaksa saya untuk tidur cepat dan niat saya untuk tidak tidur pada jam 2100 bertambah. Mungkin karena didukung juga dengan acara-acara yang ada di televisi jadi niat untuk begadang jadi semakin kuat. Lalu bila tanggal 1 januari telah datang saya selalu menanyakan pada saudara saya, “Loe kemaren tidur jam berapa? Begadang ga? Gw dong tidurnya baru pas jam 3 pagi.” Kalimat itu juga mengandung unsur bohong karena sebenarnya sampai jam 1 pun saya tidak bisa menahan ngantuk, cuma sekedar untuk ajang bangga-bangga dan sekedar menjaga gengsi anak-anak. Rasa ngantuk yang membahana di jam 1 kalah setelah sedemikian kuatnya saya berjuang untuk tetap melek tetapi tetap tidak bisa. Sebalnya saya adalah rasa ngantuk itu menjadi sangat santer ketika film yang ditayangkan di televisi disela dengan pidato dari presiden Republik Indonesia, saya lupa apa iya presiden atau menteri atau pejabat pemerintahan lainnya. Yang jelas kata-kata mereka membuat saya sangat, sangat, sangat mengantuk.

Setelah beberapa perayaan tahun baru dilewati akhirnya saya menyadari bahwa pesta perayaan ini tidak ada arti yang mendalam. Perubahan terjadi ketika teman saya berkata,”Jadi ini nih matahari di tahun baru, mana kok ga ada bedanya.” Teman saya itu sedang melihat matahari yang baru saja terbit dari jendela kamar hotel. Semenjak itu tahun baru bagi saya merupakan perjalanan hari-hari biasa. Saat itu adalah masa SMA.

Kesadaran saya itu tidak hanya muncul gara-gara kata-kata teman saya. Kesadaran itu muncul diperkuatkan oleh kebingungan saya. Bingung karena dari sekian banyak perayaan yang di rayakan oleh kebanyakan orang, perayaan tahun baru inilah yang paling saya tidak mengerti. Apa yang sebenarnya dirayakan pada perhitungan mundur itu. Apa yang sebenarnya di peringati pada pergantian detik di tahun yang berbeda. Sama saja bukan, apa yang secara jelas-jelas membedakan pergantian tahun. Kalau ada yang bisa menjelaskan kepada saya maka dengan sangat senang saya akan mendengarkan ceritanya.

Yang saya bingungkan adalah;

  • Apa yang terjadi, siapa yang lahir, siapa yang melakukan perjalanan, ada momen hebat apa, ada serangan apa di tanggal 31 desember dan 1 januari jam 24.00 dan jam 00.00 dalam buku sejarah.
  • Bumi sepertinya tidak tercipta pada 1 januari 0000.
  • 1 januari ada setelah manusia bersatu untuk mendeklarasikan awal sebuah tanggalan.
  • Jalanan jadi macet, orang-orang membahayakan orang lain dengan memasang petasan segede alaihim gambreng di tengah jalan.
  • Kenapa juga saya harus begadang pada saat itu. Padahal di hari libur lainnya saya juga masih bisa begadang bukan.
  • “Hebat! Tahun baru ini gw bisa sadar.”
  • Kenapa terompet hanya muncul pada saat tahun baru, memang dihari-hari biasa atau diperayaan lain terompet tidak bisa begitu menjamur.
  • "Itu terompet pasti waktu dibikinnya pasti dicoba-coba dulu kan sama abangnya.".

Tahun baru ini saya hanya tidur di sofa setelah selesai membaca buku, jam 19.30. Terbangun pada pukul 00.30 itu juga karena ibu saya membangunkan saya hanya karena tertulis 3 missed calls di handphone saya. Hee??? bukan untuk merayakan new year’s eve countdown … Apakah bisa saya melakukan hitungan mundur, meniup terompet, mencoba untuk begadang, memasang kembang api atau petasan, pesta gila-gilaan diiringan dengan mabu’-mabu’an, bukan pada pergantian tahun melainkan pada pergantian hari, semisal rabu ke kamis.

Intinya apa, kurang lebih seperti ini;
2005,2006 + 2006,2007 = senin,selasa + selasa,rabu

Menurut saya yang patut dirayakan bila rumusan itu berubah menjadi seperti ini;
2005,2007 + 2006,2005 = senin,rabu + selasa,senin

Intinya sebenarnya apa, kurang lebih seperti ini; saya bingung, bingung, tidak tahu apa yang harus dipikirkan

Tetap semangat menghadapi hitungan mundur. Dan tetaplah mengkhayal.

No comments: