Monday, June 29, 2009

Paris Hilton Versus Agus Tulip


"Asri apa kabarnya tuh???" tanya seorang teman dengan diiringi gelak tawa yang membahana di warung indomie bilangan mahakam.

Teman saya menyampaikan kalimat tanya tersebut ketika saya dan teman-teman yang lain membicarakan tentang tragedi di Situ Gintung. Saya bingung mengapa tiba-tiba teman saya yang terkenal dengan gaya urakannya ini bertanya tentang Asri. Memangnya ada apa dengan Asri?

Dia kemudian melanjutkan, "Hahahaha mestinya Asri itu yang rata!!!"

Saya berpikir kembali hah? Asri, Rata?

"Itu tempat kan maksiat banget. Hahahahah!"

Setelah mendengar kata maksiat baru lah saya sadar kemana arah dari pembicaraan teman saya itu. Hotel Asri di kawasan dekat rumah saya.

Hotel Asri memang salah satu hotel di kawasan dekat rumah saya yang bertahan sangat lama. Padahal kalau saya lewati hotel ini setiap harinya, saya seperti melihat hotel yang sudah bangkrut. Tapi itu hanya tampilan luarnya saja. Buktinya Hotel Asri ini masih tetap buka. Hotel ini adalah salah satu hotel yang kami duga sebagai tempat "saya tidak tahu itu apa" terselubung. Hotel tempat mereka yang senang "saya tidak tahu itu apa" menginap.

Pernah pada suatu masa--saya sebut masa karena memang hanya beberapa saat saja--ada seorang wanita yang mangkal di depan hotel ini. Pada awalnya saya mengira bahwa wanita itu adalah seorang penumpang yang sedang menunggu angkutan umum. Tapi kok hampir setiap malam. Hingga akhirnya saya menduga bahwa wanita itu adalah seorang wanita tuna susila yang sedang menjajakan dirinya.

Mengapa saya sampai hati memberikan dugaan tersebut? Pasalnya, saya seringkali melihat wanita itu berbicara dengan pengendara motor di setiap harinya dan setiap hari itu dengan pengendara yang berbeda. Hal ini kemudian disetujui oleh beberapa teman saya yang menduga hal serupa dengan saya.

Cukup tentang wanita tersebut, kembali ke Hotel Asri.

Hotel Asri mungkin salah dari hotel yang menyuguhkan fasilitas khusus saya "tidak tahu itu apa". Jujur saya pernah menginap di salah satu hotel khusus itu, tetapi bukan yang ada di Jakarta melainkan di Surabaya (canggih juga ya melanglang buana ke hotel khusus hingga ke Surabaya). Waktu itu saya menginap bersama teman-teman saya sehabis kami menyelesaikan pendakian ke Gunung Semeru.

Waktu itu kami ditemani kakak saya mencari-cari hotel yang murah dan dekat dengan stasion kota Surabaya. Alhasil setelah berputar-putar dan bertanya-tanya kami pun diantarkan oleh beberapa tukang becak ke hotel tersebut. Kami diantarkan sampai ke depan lobby hotel. Beruntung Surabaya adalah kota yang hampir tidak bisa kami singgahi, jadi kami semua tidak merasa malu sama sekali. Kalau saja di Jakarta mungkin saya dan teman-teman saya akan menutup muka semua untuk mengatasi rasa malu. Oh iya, waktu itu saya tidak ikut menaiki becak karena saya diantar oleh kakak saya dengan mobil.

Kami pun memesan dua kamar. Resepsionis hotel memberikan kami kunci kamar lalu kami berjalan menuju kamar yang dimaksud. Di dalam kamar, kami semua tertawa cekikikan melihat keadaan kamar yang amburadul. Belum lagi dengan banyaknya noda yang tidak jelas di atas sprei, di dinding dan di lantai. Kami semua jijik dengan keadaan kamar itu, belum lagi dengan keadaan kamar mandinya, widiiih... Yaa tapi mau bagaimana lagi, uang tidak banyak dan hotel ini dekat dengan stasion, ya sudah lah kami terima keadaan ini.

Saya kemudian diajak kakak saya ke rumah teman ayah saya yang dijadikan tempat tinggal kakak saya di Surabaya.

"Waah hebat, gimana sampe puncak ga?" tanya teman ayah saya.
"Sampe Oom..."
"Ya sudah kamu istirahat di sini."
"Wah saya udah dapet hotel Oom..."
"Hotel dimana?"
"Di Pasar Besar itu Oom, yang deket stasion kota."

Teman ayah saya mendadak berubah mimik mukanya. Dia kaget mendengar jawaban saya.

"Waah... di hotel itu... waah... udah di sini aja..." jawabnya yang seperti menjelaskan bahwa hotel yang saya akan tempati itu adalah hotel yang untuk "saya tidak tahu itu apa".

Karena tidak enak dengan teman-teman saya, ajakan ramah teman ayah saya itu terpaksa saya tolak. Akhirnya saya hanya menumpang mandi dan kemudian kembali ke hotel. Karena rasa lelah yang luar biasa akhirnya kami semua bisa tidur dengan nyenyak. Baru pada keesokan harinya, kami seakan-akan tersadar HAH! HOTEL APA INI! HIDIHHH ITU DI DINDING APAAN!


Tapi walaupun begitu hotel itu menjadi kenangan bagi kami semua. Pernah suatu saat teman saya melewati kembali hotel tersebut karena dia sedang dinas di Surabaya. Karena saking kagumnya dengan keadaan kami waktu dahulu kala dia pun meng-sms saya, "Oi lu masih inget ga hotel yang di pasar besar itu! gue lagi ngelewatin nih! hahahah!"

Banyak memang hotel seperti itu, sampai-sampai juga ada di Surabaya.

Kalau di Jakarta katanya--supaya tetap dinilai baik oleh orang-orang--lebih banyak terlebih lagi di daerah Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. Ya saya tidak tahu secara detail lokasi dan nama-namanya.

Saya mengetahui beberapa tempat yang serupa--cuman tahu aja lhoo. Bila kita jalan-jalan ke daerah Cilandak, ada dua tempat yang saya tahu serupa dengan hotel Asri. Sebutlah Hotel Hill Side dan Hotel Pondok Wisata. Lalu kalau berjalan lebih jauh lagi ke daerah Kebayoran Baru, kita akan bertemu--ini lebih terkenal lagi--Hotel Tulip.

Saking terkenalnya hotel tersebut, sampai-sampai teman saya pun sering mengejek teman saya yang lain dengan, "Lo tahu Paris Hilton kan, Kalo dia nih Agus--nama disamarkan hehehe--Tulip! Saingan tuh sama Hilton!!!"

No comments: